Thursday, 7 May 2020

Berobat ke RSU Gramedika 10, RS Sardjito, dan Puskesmas Ngemplak 2

Semingguan terakhir saya kembali berurusan dengan fasilitas kesehatan karena mengalami sakit di persendian secara tiba-tiba. Selama semingguan itu, saya periksa ke RSU Gramedika 10, RS Sardjito, dan Puskesmas Ngemplak 2.

Sumber: goalkes.com
Bagi saya pergi ke fasilitas kesehatan, apalagi Rumah Sakit, itu sungguh bikin was-was. Antara soal penyakit dan juga finansial, ehe. Apalagi ketika kartu BPJS tak bisa digunakan karena situasi yang mendadak. Barangkali ada juga dari teman-teman yang seperti saya, mencoba mencari informasi terlebih dulu di internet sebelum berkunjung ke RS dan ternyata enggak dapat banyak informasi. Oleh karena itu, di sini saya mau berbagi informasi sedikit.

Sebelum lanjut, peringatan untuk teman-teman di masa wabah Covid-19 ini apabila mau ke fasilitas kesehatan—dan kemanapun itu, WAJIB PAKAI MASKER! Karena kalau enggak pakai masker, kalian enggak akan dilayani di tempat fasilitas kesehatan (klinik, puskesmas, atau RS sekalipun).

RSU Gramedika 10, Ngaglik, Sleman
Awal mula pemeriksaan sendi saya di RS ini karena saya sudah tidak tahan lagi dengan nyerinya. Kebetulan hari itu sedang tanggal merah, dan saya juga ragu apakah puskesmas terdekat (Puskesmas Ngemplak 2) buka atau tutup. Jadi saya memutuskan untuk ke RSU saja.

Sebelum pergi, saya coba menghubungi RSU Gramedika 10 melalui telepon untuk menanyakan apakah bisa melakukan cek darah pada saat itu—karena sudah pukul 14.30. Mbak CS-nya memberitahu masih bisa bahkan dijelaskan prosedurnya. Langsung saja saya ditemani Mas menuju ke RS tersebut yang tak jauh dari rumah.

Fyi, untuk cek darah di RSU Gramedika 10 dilayani hingga pukul 16.00.

Sesampainya di sana, saya langsung masuk ke IGD dengan meminjam kursi roda yang tersedia di depan pintu—ada juga tempat tidur pasien yang bisa digunakan. Akses masuk ke IGD lebih mudah karena aksesibel menggunakan kursi roda, berbeda dengan pintu utama yang lantainya bertangga. Perawat yang berada di dalam IGD sigap langsung membukakan pintu dari dalam. Saya pun langsung diberi tindakan.

Di RSU Gramedika 10 ada dokter umum yang berjaga 24 jam. Cukup lega apabila terjadi keadaan darurat di waktu mendadak. Oh ya, meskipun tempatnya tidak besar, RSU Gramedika 10 juga terdapat dokter spesialis seperti spesialis penyakit dalam, spesialis anak, dsb. Menerima pasien rujukan BPJS juga. Nanti akan saya bahas lebih lanjut.

Setelah melakukan pemeriksaan, saya meminta untuk cek darah. Hasil cek darah keluar sekitar 15 menit setelah pengambilan sampel. Saat itu saya melakukan cek darah lengkap dan asam urat—alhamdulillah-nya, saya negatif asam urat, ehe. Bad news-nya, masih belum ketahuan sendi saya kenapa. Sakitnya mulai reda karena saya diberi obat pereda sakit melalui suntikan dan resep obat lainnya. Yha, lumayan buat saat ini.

Rincian biaya pemeriksaan di RSU Gramedika 10:
- Pendaftaran: Rp 15,000
- Dokter umum: Rp 30,000
- Jasa tindakan, alkes, obat: menyesuaikan
- Cek darah lengkap: Rp 75,000
- Asam urat: Rp 35,000



RS Sardjito, Sleman
Tiba hari Senin, saya putuskan untuk memeriksa sakit saya ke RS Sardjito dengan harapan tahu sendi saya kenapa. Teman saya yang dokter menyarankan untuk periksa ke dokter orthopaedi—yang sebenarnya salah tempat.

Ambil nomor antrean terlebih dahulu di sebelah kanan atau utara pintu masuk RS. Ada pilihan untuk pasien BPJS, umum, atau yang lainnya. Karena saya ke RS atas inisiatif pribadi saja jadi ambil yang umum. Tunggu, deh, di loket sesuai yang tertera di kertas antrean. Nanti akan ditanya mau periksa ke dokter apa lalu akan diberi kertas tagihan. Karena ini kedua kalinya saya ke RS Sardjito, jadi saya sudah punya kartu berobat.

Langsung saja saya menuju ke klinik Orthopaedi di Lantai 2 sebelah utara. Suasana tidak begitu ramai. Saya taruh kertas yang saya dapatkan di tempat pendaftaran tadi ke pendaftaran klinik Orthopaedi.

Tidak lama kemudian saya dipanggil oleh perawat untuk dicek tekanan darah dan menanyakan keluhan. Selang beberapa menit, saya dipanggil lagi untuk masuk ke ruangan pemeriksaan.

Ruangannya cukup bikin saya deg-degan, sih. Karena ruangan pemeriksaannya terdapat 2 dokter—yang sepertinya dokter residen—sehingga di dalam ruangan itu langsung melayani 2 pasien secara bersamaan.

Setelah saya menyampaikan keluhan soal persendian saya yang sakit entah kenapa—dan bukan karena terjatuh—dokter menanyakan, "siapa yang suruh kamu ke sini (orthopaedi)?". Duh, nanyanya agak jutek langsung deg-degan. Saya jawab kalau teman saya yang dokter merekomendasikan untuk periksa ke orthopaedi.

Ternyata, saya salah alamat, frens. Untuk keluhan persendian seperti ini seharusnya saya periksa ke bagian penyakit dalam, khususnya ke Rheumatologi. Memang sebelumnya saya pernah baca ini tapi saya masih kurang yakin aja, gitu. Apalagi persendian ini mepet-mepet sama tulang ye kan.

Lalu, dokter menyarankan saya untuk melakukan rontgen dan merujuk saya periksa ke bagian Rheumatologi—yang tidak saya lakukan karena tidak sempat sudah keburu siang akibat kelamaan rontgen. Setelahnya saya diberi surat untuk rontgen, resep obat, dan surat rujukan—yang dikiranya saya pakai BPJS kali, ya.

Lalu, kembali turun ke lantai dasar untuk ke bagian farmasi mengambil obat—karena ramai, jadi cuma tukar resep aja beli obat di apotek luar. Kemudian pergi ke lantai basement untuk melakukan rontgen.

Jika ke bagian rontgen dari lantai dasar menggunakan lift, letak loket pendaftaran rontgen berada setelah ruang rontgen. Jadi kalau sudah menemukan ruangan rontgen, lurus dulu aja ke bagian loket pendaftaran. Karena saya tidak pakai BPJS, di loket tersebut saya langsung membayar biaya rontgen dengan menggunakan debit Mandiri. Untuk debit bank lain, saya kurang tahu, yaa.

Tidak lama mengantre untuk giliran melakukan rontgen karena mungkin sudah hampir tengah hari jadi sudah sepi, dan sepertinya juga pelayanan rontgen kemarin hanya sampai tengah hari. Soalnya saat saya mau rontgen, petugasnya sambil lihat jam dan bertanya masih bisa apa enggak :/

Untuk pengambilan hasil rontgen paling cepat keesokan harinya, karena lagi-lagi mungkin sudah kesiangan.

Rincian biaya pemeriksaan di RS Sardjito:
- Pendaftaran umum: Rp 13,000
- Dokter residen bedah orthopedi: Rp 65,000
- Pendaftaran rontgen: Rp 2,000
- Rontgen ankle joint AP + Lat + Mortis (emm, kurang tahu detailnya pokoknya bagian engkel kaki, cuma sebelah kiri aja ya): Rp 225,000
- Rontgen pedis AP / Lat (sama kayak di atas, bagian kaki bawah, sebelah kiri aja): Rp 175,000




Puskesmas Ngemplak 2, Ngemplak, Sleman
Nah, kalau ini saya pakai BPJS karena tahu kalau jadi pasien umum dompetku ra shanggup, dab. Puskemas Ngemplak 2 ini sudah jadi fasilitas kesehatan ketiga yang aku ganti di BPJS ku. Sebelumnya saya daftar di Klinik GMC, tapi karena sudah pindah rumah di Jakut alias Jakal Utara, jadi pindah lagi. Proses pindah faskes di BPJS juga mudah banget, kok!

Sekitar pukul 09.00 saya ke Puskesmas Ngemplak 2. Suasanya sepi. Tiba di depan puskesmas sudah disambut beberapa petugas yang ngecek suhu tubuh dan menanyakan apakah saya demam, batuk, dan sakit tenggorokan. Biasa, protokol di masa wabah Covid-19. Kemarin di RS Sardjito juga begitu.

Masuk ruangan langsung ke bagian pendaftaran. Ditanya soal faskes dan setelah memberi penjelasan, saya dipersilahkan untuk menunggu panggilan pemeriksaan.

Sekitar 10 menit, saya dipanggil untuk masuk ke ruangan pemeriksaan. Diperiksa terlebih dahulu tekanan darah dan ditanya keluhan sakit oleh perawat yang jaga. Setelah itu, disuruh tunggu sebentar dan dipanggil kembali untuk masuk ke ruangan dokter.

Konsultasi saja seperti biasa, lalu saya meminta rujukan ke dokter penyakit dalam atau Rheumatologi ke RS. Dokternya pun menyetujui. Tapi, sebelum itu saya diminta untuk melakukan cek darah.

Cek darah di Puskesmas Ngemplak 2 prosesnya cepat. Ambil sampel, tunggu sebentar sekitar 5 menit dan hasilnya sudah jadi. Setelah itu kembali lagi ke ruangan dokter untuk pemeriksaan lanjut. Saya langsung dibuatkan surat rujukan dan ditanya terlebih dahulu mau ke RS mana. Karena saya enggak ambil pusing jadi saya bilang saja yang terdekat. Lalu dirujuklah ke RSU Gramedika 10 pada saat hari itu juga.

Usai pemeriksaan, minta cap surat rujukan, hasil cek darah, dan penukaran resep obat, lalu cabut deh ke RSU Gramedika 10 (lagi). Biayanya? Gratis! The power of BPJS, hehe.



RSU Gramedika 10, Ngaglik, Sleman (lagi)
Kali ini saya menggunakan surat rujukan, jadi tidak mengeluarkan uang sama sekali. Tiba di RSU Gramedika 10 langsung ke tempat pendaftaran. Lagi-lagi sedang sepi.

Kalau melakukan rujukan ke RS melalui BPJS, jangan lupa untuk siapkan fotocopy surat rujukan, kartu BPJS, dan KTP, ya! Karena pasti akan diminta. Supaya mempercepat proses pendaftaran saja, apalagi kalau di RS yang ramai.

Usai pendaftaran, saya langsung diarahkan menuju ke ruangan dokter penyakit dalam. Dokternya ramah dan helpful. Jadi bisa tanya-tanya dengan santai. Dokternya juga menanyakan, mau diberi obat dulu atau langsung dirujuk ke bagian Imunologi atau Rheumatologi? Karena untuk kasus saya ini, diberitahu bahwa saya suspect Rheumatoid Arthritis. Masih suspect karena perlu pemeriksaan lab lebih lanjut, yang mana hanya bisa dilakukan di RS besar.

Untuk bisa mendapatkan rujukan ke RS tipe A (RS besar) memang harus lewat rujukan RS tipe C (RS rujukan dari puskesmas). Karena kalau dari puskesmas, kata dokternya, puskesmas nggak bakal berani, hehe. Saya putuskan untuk treatment obat dari dokter penyakit dalam RSU Gramedika 10 dulu saja. Meskipun saya juga penasaran sih~

Saya diberi obat untuk 2 bulan sekaligus, karena obatnya cukup keras dan hanya dikonsumsi selama 5 hari saja dalam sebulan. Konsultasi lanjutan dilakukan bulan Juli, kecuali kalau masih sakit. Lama juga yak. Alhamdulillah, obat yang diberikan sejauh ini manjur. Persendian sudah tidak nyeri lagi.

Biayanya gratis karena pakai BPJS.

------

Semoga informasi ini bermanfaat, ya!

Tetap jaga kesehatan, teman-teman. Kalaupun sakit, sebisa mungkin gunakan BPJS saja supaya kepala dan dompet enggak ikutan pusing. :")

0 comments:

Post a Comment