Setelah sekian lama di dunia fotografi hanya bermodalkan lensa kit 16-50mm bawaan dari Kamera Mirrorless Sony a6000, akhirnya saya memutuskan untuk menambah lensa. Sebagai permulaan, saya menginginkan lensa prime atau fix. Ada beberapa lensa yang menjadi pertimbangan saya, namun hati saya jatuh pada lensa tua Canon FD 50mm f1.4 S.S.C.
Keputusan untuk membeli lensa manula (manual) adalah karena keterbatasan dana. Sementara saya ingin banget belajar fotografi lagi dengan suasana baru yaitu menggunakan lensa fix. Lensa keluaran terbaru khususnya dari Sony masih cukup mahal. Untuk lensa fix 50mm dihargai sekitar Rp 3jutaan. Saya pun memutar otak bagaimana dengan biaya yang mepet bisa dapat lensa. Lalu kepikiran aja lensa manula. Selama memegang kamera saya sudah terbiasa dengan sistem manual, jadi fitur auto atau manual pada lensa tidak jadi masalah buat saya.
Hunting lensa manula
Saya tidak tahu banyak soal rekomendasi lensa, apalagi lensa manula. Jadi, saya iseng bertanya ke kawan saya di Twitter bernama Eki berhubung dia berpengalaman menggunakan kamera dan lensa jadul. Dia merekomendasikan lensa Minolta MD Rokkor 50mm f1.4 dan Canon FD 50mm f1.4 SSC. Katanya, kalau mau lebih murah bisa pilih bukaan f1.8. Ada juga bukaan yang lebih lebar yaitu f1.2 namun harganya masih cukup tinggi. Berbekal rekomendasi tersebut dan membaca ulasan di internet, saya mulai mencari kedua lensa ini.
Harga kedua merk lensa ini tidak beda jauh. Untuk bukaan f1.8, harga kisaran di bawah Rp 1,5juta. Sementara bukaan f1.4, harga kisaran Rp1,5juta hingga Rp1,8juta tergantung kondisi lensa. Nah, kalau bukaan terlebar yaitu f1.2, bisa menembus Rp2juta. Ya maklum aja bukaannya sangat lebar jadi bisa memotret dengan cepat. Harga tersebut saya dapatkan melalui pencarian pada marketplace.
Awalnya saya lebih melirik Minolta MD Rokkor. Tapi harganya masih relatif lebih mahal daripada Canon FD. Setelah berhari-hari saya memasukkan wishlist yang cukup banyak di berbagai marketplace, jadilah saya memutuskan untuk membeli Canon FD 50mm f1.4 SSC.
Pertimbangannya adalah saya merasa mendapatkan harga terbaik yaitu Rp1,3juta. Sesuai deskripsi penjual, lensa tersebut memiliki kondisi yang masih sangat bagus. Penjualnya juga ada adaptor FD-NEX, jadi sekalian saja saya beli. Toko tersebut juga menyediakan voucher diskon. Saya pun mendapatkan potongan harga Rp 50,000 plus gratis ongkir yang ditawarkan oleh marketplace, jadi lumayan menang banyak buat saya. Total yang harus saya bayar untuk lensa tersebut dan adapter nggak sampai Rp1,5juta! 😁
Kesan Pertama
Kotak kayu yang saya tunggu datang juga! Dengan riang gembira saya membongkar kotak kayu tersebut dibantu oleh Mas. Lensa dan adapter dibungkus dengan apik dan aman oleh penjual. Saya sangat puas!
Eh, gimana kondisi lensanya? Optiknya bening banget! Lecet pemakaian tidak begitu banyak. Pokoknya sesuai dengan deskripsi yang dijabarkan oleh penjual. Nih toko recommended abis.
Saya genggam si lensa dan ternyata cukup berat. Mungkin karena body-nya yang terbuat dari logam yang membuat lensa ini menjadi berat. Beratnya beneran nggak kaleng-kaleng untuk lensa fix, saudara saudari. Beratnya 350 gram.
Pertama kali memasang adapter sempat kesusahan karena belum terbiasa. Setelah berhasil memasang adapter pada lensa, selanjutnya saya pasang ke kamera. Saya coba bidik dengan bukaan terlebar. DOF-nya tipis dan bokehnya nendang! Ini kali pertama juga saya menggunakan lensa fix 50mm. Lumayan nge-zoom, ya hehe.
Saya tes lensa ini di kamar kontrakan. Alhasil jadinya sempit banget karena nge-zoom. Jadi tampaknya harus berada di ruang terbuka yang agak luas. Saya pun membujuk Mas buat jalan-jalan nyobain lensa ini.
Ulasan Canon FD 50mm f1.4 S.S.C.
Setelah sebulan lebih bersama si Canon FD ini, sebagai fotografer awam, saya sih sangat puas. Meskipun manula, bagi saya tidak jadi masalah. Lensa ini benar-benar manual. Meskipun bukaan lebar bisa memotret objek dengan cepat, namun tetap membutuhkan waktu untuk memantapkan fokus.
Lensa Canon FD 50mm f1.4 S.S.C (sumber: global.canon) |
Mengenai detail gambar, saya rasa cukup tajam untuk sekelas lensa jadul. Saya masih bisa melihat subjek atau objek foto dengan jernih. Soal chromatic abberation atau garis biru pada sisi objek foto yang suka muncul, tampak pula di lensa ini. Maklum, namanya juga lensa jadul. Buatan tahun 1973, cuy. Tapi, kemunculan si garis biru menurut saya tidak jadi masalah juga karena bisa dikoreksi saat post-process melalui Adobe Lightroom.
Nah, untuk bokehnya ini saya suka. Khas Canon, creamy. Memang untuk mendapatkan bokeh yang cantik perlu dipertimbangkan background fotonya. Bokehnya bikin betah untuk bikin portrait. Kayaknya cucok banget buat motret model atau prewed. Kalau penggunaan bukaan kecil untuk memotret landscape belum saya coba. Mungkin next time akan saya kembali update tulisan ini kalau sudah mencoba memotret landscape menggunakan Canon FD 50mm f1.4 SSC ini.
Kekurangannya mungkin ada pada bobot lensa yang berat. Beneran lumayan bikin pegel lho kalau dipegang terus dalam keadaan terpasang di kamera. Signifikan banget. Tapi, lagi-lagi buat saya nggak jadi masalah. Selain bobot yang cukup berat, flare dari cahaya matahari yang kuat juga kadang muncul. Memang agak mengganggu sih untuk yang satu ini, tapi bisa lah diakali melalui post-process editing.
Ada satu hal yang perlu diperhatikan saat pertama kali memasang lensa ini ke body kamera. Pemasangannya harus tepat, sampai tuas di belakang lensanya ngeklik pada adapter dan body kamera. Karena kalau enggak, bukaan akan stuck di f1.4, nggak bisa diganti. Saya sempat mengalami ini saat pertama kali pemakaian. Waktu saya putar ke bukaan terkecil yaitu f22, kok tetap DOF-nya sempit? Ternyata oh ternyata, lensanya kekunci karena pemasangannya kurang tepat. Kalau kebingungan, tutorialnya bisa dilihat di sini.
Supaya lebih jelas, berikut saya perlihatkan beberapa hasil foto menggunakan lensa Canon FD 50mm f1.4 SSC ini. Semoga suka dengan hasilnya!
Kalau kamu pernah menggunakan lensa jadul juga enggak? Pakai lensa apa? Share di kolom komentar, ya! 😊
sy sampai sekarang masih pakai lensa fix smc pentax 50mm f1.7 kalau sdh jatuh hati sama manual males balik ke auto
ReplyDeleteBetul banget. Aku juga sekarang lebih nyaman menggunakan lensa manual, meskipun sebenernya lebih mudah menggunakan auto. Tapi, meskipun pakai auto juga, kadang fokusnya ngga sesuai. Jadi, pake manual aja deh kalau lagi motret santai. 😁
ReplyDeleteSaya pakai lensa Canon FD 50/1.4 asli bawaan Canon FTb tahun 1971 dan juga dipakaikan ke Canon EF tahun 1975, untuk lensa umur 50 tahun hasilnya masih bagus, cukup tajam, rendering warna baik, dan bokeh juga cukup bagus. Dan tentunya foto jadi terlihat vintage, nggak perlu pakai filter 👍🏽
ReplyDeletewah, keren pakenya lensa bawaan langsung kamera Canon jadul. setuju banget! aku juga merasa puas beli lensa analog ini. harganya terjangkau tapi kualitas hasilnya nggak kaleng-kaleng. lensa ini termasuk lensa yang aku sayang-sayang banget. btw, terima kasih yaa sudah mampir dan komen. 😁
Delete