Wednesday 8 March 2017

Memperingati Hari Perempuan Internasional, Aksi Massa Digelar di Bandung


Pentingnya kesadaran perempuan akan kesetaraannya dengan laki-laki.


DSCF2161.JPG

BANDUNG — Dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional yang jatuh setiap tanggal 8 Maret, Komite Perjuangan Pembebasan Perempuan menggelar aksi massa di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Rabu (8/3). Aksi massa mengusung tema perempuan bersatu, berjuang untuk demokrasi, kesetaraan dan kesejahteraan.

Aksi massa yang turut diikuti oleh berbagai elemen organisasi dan mahasiswa dari wilayah Kota Bandung, menyuarakan kesadaran dan kesetaraan hak-hak perempuan. Selain itu,  melalui aksi massa ini juga memberi pernyataan sikap atas kaum perempuan di Indonesia terkait dengan banyaknya isu dan peraturan-peraturan yang dianggap masih mendiskriminasikan kaum perempuan.

Momentum ini dimanfaatkan oleh Marni (65th), warga Kota Bandung yang merupakan korban penggusuran tanah di Stasiun Barat beberapa pekan lalu, untuk menyuarakan haknya sebagai warga dan perempuan. Ia menuntut pemerintah agar mengembalikan hak-haknya yang telah digusur, sekaligus menyuarakan aspirasinya sebagai perempuan, bahwa perempuan jangan mau diinjak-injak oleh orang-orang yang memiliki wewenang lebih, terutama laki-laki.

Menurut salah seorang peserta aksi, Yoga (24th), masih banyak regulasi dan peraturan di perusahaan yang diskriminatif terhadap perempuan, seperti pemberlakuan sanksi pemecatan terhadap buruh perempuan yang sedang hamil. Lanjutnya, adapun kasus-kasus lain seperti pelecehan seksual yang kerap terjadi di lingkungan sekitar. Sehingga harus dilakukan perlawanan yang juga disertai dukungan oleh gerakan-gerakan perempuan lainnya.

Koordinator Lapangan Komite Perjuangan Pembebasan Perempuan Gesia Nurlita mengharapkan, melalui aksi massa ini kaum perempuan harus sadar akan posisinya yang masih jauh dibandingkan laki-laki. Perempuan tidak harus menjadi pemimpin agar setara dengan laki-laki, tetapi dengan menyuarakan hak-hak dan aspirasinya sebagai perempuan, maka perempuan mampu setara dengan laki-laki. Selain itu, ia juga menegaskan bahwa perempuan harus rajin membaca dengan tekun dan aktif dalam pergerakan-pergerakan serta membangun organisasi yang progresif, agar perempuan tidak dilecehkan oleh lelaki dan didiskriminasikan oleh Negara.

Akan tetapi, aksi massa yang mengangkat isu perempuan ini mayoritas dihadiri oleh laki-laki. Peserta aksi perempuan justru lebih sedikit dibandingkan laki-laki. “Perempuan masih minim akan kesadaran politiknya, sehingga kami juga ingin sekaligus menyadarkan kepada kaum perempuan bahwa kita harus ikut andil dalam perjuangan (menyetarakan hak-hak perempuan),” ujar Gesia Nurlita.

0 comments:

Post a Comment